Wednesday, February 15, 2012

LA TAQRABU ZINA

AWAS! JANGAN DEKATI ZINA!

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Israa’: 32)
Penjelasan makna ayat
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا
Dan janganlah kalian mendekati zina.
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini: “Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam rangka melarang hamba-hamba-Nya dari perbuatan zina dan larangan mendekatinya, yaitu larangan mendekati sebab-sebab dan pendorong-pendorongnya.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 5/55)
Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan tentang ayat ini di dalam tafsirnya, “Larangan mendekati zina lebih mengena ketimbang larangan melakukan perbuatan zina, karena larangan mendekati zina mencakup larangan terhadap semua perkara yang dapat mengantarkan kepada perbuatan tersebut. Barangsiapa yang mendekati daerah larangan, ia dikhawatirkan akan terjerumus kepadanya, terlebih lagi dalam masalah zina yang kebanyakan hawa nafsu sangat kuat dorongannya untuk melakukan zina.” (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal.457)
إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً
Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji.
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah dosa yang sangat besar.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 5/55)
Asy-Syaikh As-Sa’di berkata, “Allah subhanahu wata’ala menyifati perbuatan ini dan mencelanya karena ia (كَانَ فَاحِشَةً) adalah perbuatan keji.
Maksudnya adalah dosa yang sangat keji ditinjau dari kacamata syariat, akal sehat, dan fitrah manusia yang masih suci. Hal ini dikarenakan (perbuatan zina) mengandung unsur melampaui batas terhadap hak Allah dan melampaui batas terhadap kehormatan wanita, keluarganya dan suaminya. Dan juga pada perbuatan zina mengandung kerusakan moral, tidak jelasnya nasab (keturunan), dan kerusakan-kerusakan yang lainnya yang ditimbulkan oleh perbuatan tersebut.” (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal.457)
وَسَاءَ سَبِيلًا
dan (perbuatan zina itu adalah) suatu jalan yang buruk.
Al-Imam Ath-Thabari rahimahullah mengatakan, “Dan zina merupakan sejelek-jelek jalan, karena ia adalah jalannya orang-orang yang suka bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, dan melanggar perintah-Nya. Maka jadilah ia sejelek-jelek jalan yang menyeret pelakunya kedalam neraka Jahannam.” (Tafsir Ath-Thabari, 17/438)
Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah menafsirkan lafazh ayat (yang artinya) “suatu jalan yang buruk” dengan perkataannya, “Yaitu jalannya orang-orang yang berani menempuh dosa besar ini.” (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 457)
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menyatakan bahwa Allah subhanahu wata’ala mengabarkan tentang akibat perbuatan tersebut. Bahwasannya perbuatan tersebut adalah sejelek-jelek jalan. Karena yang demikian itu dapat mengantarkan kepada kebinasaan, kehinaan, dan kerendahan di dunia serta mengantarkan kepada adzab dan kehinaan di akhirat. (Lihat Al-Jawab Al- Kafi, hal. 206)
Hal-hal yang mengantarkan kepada perbuatan zina
Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Islam menutup rapat-rapat semua celah yang dapat mengantarkan seorang hamba kepada kejelekan dan kebinasaan. Atas dasar ini, disaat Allah subhanahu wata’ala melarang perbuatan zina, maka Allah subhanahu wata’ala melarang semua perantara yang mengantarkan kepada perbuatan tersebut. Disebutkan dalam kaedah fiqih:
وَسَائِلُ اْلأُمُورِ كَالْمَقَاصِدِ
Perantara-perantara seperti hukum yang dituju.
Zina adalah perbuatan haram, maka semua perantara/wasilah yang dapat mengantarkan kepada zina juga haram hukumnya. Diantara perkara yang dapat mengatarkan seseorang kepada zina adalah:
1.   Memandang wanita yang tidak halal baginya
Penglihatan adalah nikmat Allah subhanahu wata’ala yang sejatinya disyukuri hamba-hambanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya): “Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (An-Nahl: 78). Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukurinya. Justru digunakan untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala. Untuk melihat wanita-wanita yang tidak halal baginya. Terlebih di era globalisasi ini dengan segenap kecanggihan teknologi dan informasi, baik dari media cetak maupun elektronik, seperti internet, televisi, handphone, majalah, koran, dan lain sebagainya, yang notabene-nya menyajikan gambar wanita-wanita yang terbuka auratnya. Dengan mudahnya seseorang menikmati gambar-gambar tersebut. Sungguh tak sepantasnya seorang hamba yang beriman kepada Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan hal itu.
Pandangan adalah sebab menuju perbuatan zina. Atas dasar ini, Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada para hamba-Nya yang beriman untuk menundukkan pandangannya dari hal-hal yang diharamkan. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya): “Katakanlah (wahai nabi), kepada laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka.” (An-Nur: 30-31)
Allah subhanahu wata’ala memerintahkan orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan untuk menundukkan pandangannya dan menjaga kemaluannya. Termasuk menjaga kemaluan adalah menjaganya dari: zina, homosex, lesbian, dan agar tidak tersingkap serta terlihat manusia. (Lihat Adhwa’ Al-Bayan, Al-Imam Asy-Syinqithi 6/126)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Ini adalah perintah Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar mereka menundukkan pandangan-pandangan mereka dari apa yang diharamkan. Maka janganlah mereka memandang kecuali kepada apa yang diperbolehkan untuk dipandangnya. Dan agar mereka menjaga pandangannnya dari perkara yang diharamkan. Jika kebetulan pandangannya memandang perkara yang diharamkan tanpa disengaja, maka hendaklah ia segera memalingkan pandangannya. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam Shahihnya dari shahabat Jarir bin Abdullah Al-Bajali radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Aku bertanya kepada baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang pandangan secara tiba-tiba, maka beliau memerintahkanku untuk memalingkan pandanganku.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 5/399)
Manakala perbuatan zina bermula dari pandangan, Allah subhanahu wata’ala menjadikan perintah menahan pandangan lebih dikedepankan ketimbang menjaga kemaluan. Karena semua kejadian bersumber dari pandangan. Sebagaimana api yang besar bermula dari api yang kecil. Bermula dari pandangan, lalu terbetik di dalam hati, kemudian melangkah, akhirnya terjadilah perbuatan zina. (Lihat Al-Jawab Al- Kafi, hal. 207)
2.    Menyentuh wanita yang bukan mahramnya
Menyentuh wanita yang bukan mahram adalah perkara yang di anggap biasa dan lumrah ditengah masarakat kita. Disadari atau tidak, perbuatan tersebut merupakan pintu setan untuk menjerumuskan anak Adam kepada perbuatan fahisyah (keji), seperti zina. Oleh karena itu, Islam melarang yang demikian itu, bahkan mengancamnya dengan ancaman yang keras. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لأَنْ يَطْعَنَ فيِ رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ
“Seorang ditusuk kepalanya dengan jarum dari besi adalah lebih baik ketimbang menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Ath-Thabarani, no. 16880, 16881)
Dalam hadits ini terdapat ancaman yang keras bagi orang yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya. Hadits tersebut juga sebagai dalil tentang haramnya berjabat tangan dengan wanita (yang tidak halal baginya). Dan sungguh kebanyakan kaum muslimin di zaman ini terjerumus dalam masalah ini. (Lihat Ash-Shahihah, no. 1/395)
Dalam hadits lain dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنْ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَاْلأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
“Ditetapkan atas anak cucu Adam bagiannya dari zina akan diperoleh hal itu tidak mustahil. Kedua mata zinanya adalah memandang (yang haram). Kedua telinga zinanya adalah mendengarkan (yang haram). Lisan zinanya adalah berbicara (yang haram). Tangan zinanya adalah memegang (yang haram). Kaki zinanya adalah melangkah (kepada yang diharamkan). Sementara hati berkeinginan dan berangan-angan, sedang kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Muslim no. 2657)
3.    Berkhalwat (berduaan) di tempat sepi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan dalam haditsnya yang agung:
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ
“Tidaklah seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah setan.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)
Betapa banyak orang yang mengabaikan bimbingan yang mulia ini, akhirnya terjadilah apa yang terjadi. Kita berlindung kepada-Nya dari perbuatan tersebut.
Ber-khalwat (berduaan) dengan wanita yang bukan mahramnya adalah haram. Tidaklah seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita yang bukan mahramnya kecuali ketiganya adalah setan. Apa dugaan anda jika yang ketiganya adalah setan? Dugaan kita keduanya akan dihadapkan kepada fitnah. Termasuk berkhalwat (yang dilarang) adalah berkhalwat dengan sopir. Yakni jika seseorang mempunyai sopir pribadi, sementara dia mempunyai istri atau anak perempuan, tidak boleh baginya membiarkan istri atau anak perempuannya pergi berduaan bersama si sopir, kecuali jika disertai mahramnya. (Lihat Syarah Riyadhus Shalihin Asy-Syaikh Al-’Utsaimin, 6/369)
4. Berpacaran
Berpacaran adalah suatu hal yang lumrah di kalangan muda-mudi sekarang. Padahal, perbuatan tersebut merupakan suatu perangkap setan untuk menjerumuskan anak cucu Adam ke dalam perbuatan zina.
Dalam perbuatan berpacaran itu sendiri sudah mengandung sekian banyak kemaksiatan, seperti memandang, menyentuh, dan berduaan dengan wanita yang bukan mahramnya, yang notabene merupakan zina mata, lisan, hati, pendengaran, tangan, dan kaki.
Itulah diantara hal-hal yang dapat mengantarkan anak cucu Adam kepada perbuatan zina. Barangsiapa menjaganya, selamatlah agamanya, insya Allah. Sebaliknya, barangsiapa lalai dan menuruti hawa nafsunya, kebinasaanlah baginya. Kita berlindung kepada Allah I dari kejelekan diri-diri kita. Amin.
Kerusakan yang disebabkan perbuatan zina
Kerusakan yang ditimbulkan oleh perbuatan zina adalah termasuk kerusakan yang sangat berat. Diantaranya adalah merusak tatanan masyarakat, baik dalam hal nasab (keturunan) maupun penjagaan kehormatan, dan menyebabkan permusuhan diantara sesama manusia.
Al Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Aku tidak mengetahui dosa besar apa lagi yang lebih besar setelah membunuh jiwa selain dari pada dosa zina.” Kemudian beliau v menyebutkan ayat ke-68 sampai ayat ke-70 dari surat Al Furqan. (Lihat Al-Jawab Al-Kafi, hal 207)
Nasehat untuk kaum muslimin
Para pembaca yang kami muliakan, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati seorang hamba, itu semua akan dimintai pertanggungjawaban di hari kiamat kelak. Yang pada hari itu anggota badan seorang hamba; tangan, kaki, dan kulit akan menjadi saksi atas apa yang telah mereka perbuat. Manusia adalah tempat kesalahan dan dosa. Semua anak cucu Adam pernah berbuat kesalahan. Sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang paling cepat bertaubat.
Tolak ukur kebaikan seorang hamba bukanlah terletak pada pernah atau tidaknya dia berbuat kemaksiatan. Akan tetapi yang menjadi tolak ukur adalah orang yang segera bertaubat manakala berbuat kemaksiatan, serta tidak terus menerus berada dalam kubangan kemaksiatan.
Segeralah bertaubat, wahai hamba-hamba Allah, sebelum ajal menjemputmu! Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya): “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera. Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan yang hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, barulah ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” dan tidak pula diterima taubat orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (An-Nisaa’: 17-18)
Wallahu a’lam bishshowab.

CEGAH KEMUNGKARAN

Saudara-saudaraku yang dikasihi Allah Ta’ala

Dalam hadis diriwayatkan oleh Aishah r.a. yang disebut oleh Ibnu Majah di dalam kitabnya bahawa Nabi s.a.w. bersabda yang bermaksud; “Suruhlah kamu kepada yang baik dan cegahlah kamu daripada kemungkaran, sebelum berlaku bahawa kamu berdoa, tetapi tidak diperkenankan kepada kamu.”

Dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh ulama-ulama hadis, antaranya Muslim, dan diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri r.a., sabda Rasululah s.a.w. yang bermaksud;
“Sesiapa di kalangan kamu melihat perkara mungkar maka hendaklah dia mengubah dengan tangannya, sekiranya tidak mampu maka dengan lidahnya, sekiranya tidak mampu lagi maka dengan hatinya dan dengan yang demikian itu (dengan hati itu) adalah sedaif-daif iman.”
Seseorang itu jika melihat kemungkaran berlaku di hadapan matanya, sekiranya boleh diubah dengan tangan, makan gunakanlah ia, jika berkuasa berbuat demikian.
Sebagai contoh sekiranya benda itu layak dibakar api atau dihancurkan, maka benda itu perlulah dilakukan demikian selepas ditegur dengan lidah, kemungkaran itu tetap tidak berubah dengan syarat jangan membawa fitnah yang lebih besar.
Yakni sekiranya cegahan dibuat dengan tangan, berlaku tindakan yang lebih besar fitnahnya maka ia adalah dilarang kerana kita hendaklah mengelak fitnah yang lebih besar.
Ertinya jika menggunakan tangan, kemungkaran itu berhenti, maka adalah wajar cegahan dengan tangan digunakan.
Sesetengah ulama mengatakan bahawa yang mempunyai kemampuan itu adalah kerajaan. Dia berupaya menyuruh kepada perkara yang baik dan mencegah kemungkaran dengan tindakan undang-undang.
Jangan pula berlaku kerajaaan sendiri memberi lesen untuk membenarkan orang ramai melakukan maksiat atau kemungkaran dengan meluluskan lesen judi, arak dan seumpamanya.
Kerajaan memberi alasan kononnya tindakan tersebut bertujuan mengawal kegiatan maksiat di kalangan rakyat. Jika demikian kenapa lesen mencuri tidak diberikan kepada pencuri dan perompak untuk mengawal berlakunya kecurian dan rompakan?
Bukan bererti mengawal sesuatu kegiatan itu dengan memberi lesen kepada sesuatu organisasi atau individu tetapi mengawal juga boleh berlaku dengan menyediakan tempat atau sebaliknya.
Jika diambil contoh untuk mengawal supaya orang ramai tidak buang air merata justeru disediakan tandas, bukan bererti untuk mengawal kecurian dan rompakan disediakan pula tempat untuk aktiviti jenayah berkenaan.
Ini kaedah yang tidak boleh dipakai dari segi undang-undang dan akal fikiran yang waras. Bukan semua kaedah boleh dipakai dalam semua perkara kerana kaedah penyelesaiannya berlainan antara satu perkara dengan satu perkara lain.
Misalnya, untuk menimbang emas dan getah mestilah memakai dacing berbeza bukan hanya dengan menggunakan satu dacing sahaja.
Ertinya pemerintah mesti mencegah kemungkaran, iaitu mengenakan tindakan undang-undang mengikut hukum Islam terhadap segala kesalahan jenayah dan maksiat kerana inilah maknanya mengubah dengan tangan.
Dan antara orang yang mampu mengubah dengan tangan juga adalah ibu bapa terhadap anak-anak mereka. Jika anak-anak mereka melakukan kemungkaran termasuk tidak mengerjakan solat maka menjadi tanggungjawab ibu bapa menggunakan kuasa yang ada pada mereka termasuk menggunakan tangan bagi mengubah perbuatan mungkar yang dilakukan oleh anak-anak mereka.

Nabi s.a.w. bersabda yang bermaksud;
“Suruhlah anak kamu mengerjakan sembahyang ketika umurnya tujuh tahun. Pukullah mereka bila umurnya 10 tahun (jika tidak mengerjakan solat).”
Begitulah juga dalam perkara yang lain. Apabila seseorang anak itu mencapai umur 10 tahun, maka diizinkan mengenakan tindakan memukul ketika melakukan kesalahan yang bercanggah dengan hukum agama.
Pukulan yang dibuat ialah pukulan mendidik, bukan pukulan marah dan geram yang mencederakan tubuh badan anak berkenaan

Thursday, February 9, 2012

MY ASSINGMENT BLOG







Saya Mohd Zul Ikram Amry Bin Ghazali,pelajar lelaki Diploma Komunikasi dan Kewartawanan (DCOM) di Kolej Teknologi Darulnaim,Pengkalan Chepa,Kelantan.Dan saya merupakan seorang sahaja pelajar lelaki dari 10 pelajar lainnya,perempuan.



Nurul Iman bte Zianal Abidin,Hartini bte Ismail menulis blog ini bagi assingment PENERBITAN (DLKP).Pensyarah kami Puan Maskor@Rosnani bte Zakaria,Master dalam bidang Komunikasi,UM.

TAK NAK MEROKOK


 

 Hukum Rokok Dalam Islam

Tembakau yang merupakan bahan baku rokok telah dikenal oleh umat Islam pada akhir abad ke-10 Hijriyah, yang dibawa oleh para pedagang Spanyol. Semenjak itulah kaum muslimin mulai mengenal rokok. Sebagian kalangan berpendapat bahwa merokok hukumnya boleh.
Mereka berdalil bahwa segala sesuatu hukum asalnya mubah kecuali terdapat dalil yang melarangnya, berdasarkan firman Allah:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا
Dia-lah Allah, yang telah menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.” (QS. Al Baqarah: 29).
Ayat di atas menjelaskan bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah di atas bumi ini halal untuk manusia termasuk tembakau yang digunakan untuk bahan baku rokok.
Sanggahan:
Berdalil dengan ayat ini tidak kuat, karena segala sesuatu yang diciptakan Allah hukumnya halal bila tidak mengandung hal-hal yang merusak dan membahayakan tubuh.
Sementara rokok mengandung ribuan racun yang secara kedokteran telah terbukti merusak dan membahayakan kesehatan. Bahkan membunuh penggunanya secara perlahan, padahal Allah telah berfirman:

وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisaa: 29).

Lebih dari itu, mengapa tidak ada dalil khusus yang melarang rokok?

Karena rokok baru ada 500 tahun yang lalu, dan tidak dikenal di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat, tabiin, tabi’ tabiin, maupun ulama penulis hadis setelahnya. Bagaimana mungkin akan dicari dalil khusus yang melarang rokok?
Sebagian kalangan yang lain berpendapat bahwa merokok hukumnya makruh, karena orang yang merokok mengeluarkan bau tidak sedap. Hukum ini diqiyaskan dengan memakan bawang putih mentah yang mengeluarkan bau yang tidak sedap. Sebagaimana ditunjukkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من أكل البصل والثوم والكراث فلا يقربن مسجدنا، فإن الملائكة تتأذى مما يتأذى منه بنو آدم
Barang siapa yang memakan bawang merah, bawang putih (mentah) dan karats, maka janganlah dia menghampiri masjid kami, karena para malaikat terganggu dengan hal yang mengganggu manusia (yaitu: bau tidak sedap).” (HR. Muslim).

Friday, January 6, 2012

-SUKAN-



Sukan terdiri daripada aktiviti fizikal yang dilakukan untuk pelbagai tujuan untuk pertandingan, keseronokan, pembangunan, kemahiran, kecemerlangan, dan sebagainya. Perbezaan tujuan inilah yang membezakan sifat sesuatu sukan itu. Misalnya, berenang secara bersaingan di hadapan ribuan penonton akan dikira sebagai sukan tetapi berenang bersendirian di kolam atau laut dilihat sebagai aktiviti rekreasi.
Terdapat pelbagai jenis sukan, dan kebanyakannya mengorbankan masa, wang, dan keinginan manusia sama ada sebagai peserta atau pun sebagai penonton.

Sukan ialah salah satu aktiviti riadah. Sebahagian besar kegiatan lapang, surat khabar, dan televisyen diberikan kepada sukan. sukan dapat juga menjadi sumber pendapatan.
Pendekatan pragmatik dalam mendefinisikan sukan ialah dengan melihat kegunaan umum istilah tersebut.
Sukan ialah aktiviti yang mengandungi:
Latihan kemahiran berguna secara rekreasi.
Peraturan-peraturan tertentu dalam mengejar kecemerlangan.
Kecemerlangan yang dimaksudkan ialah kemampuan untuk mengatasi tanda ukuran (benchmarks) terdahulu, catatan masa, rekod dunia, dan sebagainya.
Contoh-contoh kemahiran yang bertukar kepada sukan ialah:
Gladiator di Rom berjuang dan berbunuhan untuk penonton dan bukannya untuk melindungi empayar Rom.
Berlayar menjadi salah satu sukan air dan bukannya sebagai pengangkutan dan sebagainya.
Berlari dilakukan untuk panjang dan tempoh masa tertentu, dan bukannya untuk aktiviti-aktiviti seperti mengejar bas dan sebagainya
Sukan fizikal menggunakan sifat sifat seperti kekuatan, stamina, kelajuan, dan beberapa kemahiran lain manakala sukan-sukan lain contohnya iaitu sukan akal menggunakan kemahiran berfikir seperti pemikiran strategik dalam catur. Walaubagaimanapun, rencana ini akan menumpukan perhatian kepada aspek fizikal sesuatu sukan.
Perbezaan antara sukan, permainan, dan latihan. Aktiviti itu dikira sukan jika melibatkan peserta yang berkemahiran. Permainan pula tidak mempunyai tujuan yang jelas tetapi boleh berubah kepada sukan. Latihan pula ialah aktiviti yang bertujuan membina kemahiran dan kemampuan seseorang dalam aktiviti masa lapang.

Rencana utama: Sejarah sukan
Sejarah pembangunan sukan boleh mengajar kita mengenai perubahan sosial yang berlaku dan sifat sukan tersebut. Untuk itu, kita akan kembali ke masa lampau sehingga zaman pra sejarah untuk mengkaji sukan dan manusia.

Sunday, January 1, 2012

Ping Pong





Ping-pong (juga dipanggil "tenis meja") merupakan sejenis sukan dan permainan dalam yang popular. Pemain akan memukul bola berulang-alik di atas sebuah meja yang mempunyai jaring di tengahnya menggunakan pemukul atau bet. Pemain cuma boleh memukul bola tersebut setelah ia melantun sekali di bahagiannya, dan mesti mengembalikannya supaya ia melantun di bahagian lawan. Permainan ini boleh dimainkan secara perseorangan atau beregu. Permainan ini laju dan memerlukan reaksi pantas. Permain yang mahir boleh memberikan "putaran" pada bola, yang membuatkannya melantun pada arah yang sukar dijangka, sekaligus menyukarkannya dibalas.
Ping pong amat popular di Asia Timur dan merupakan antara sukan yang paling banyak jumlah pemainnya . Ping pong kini menjadi salah satu sukan utama yang terbaru

Thursday, December 29, 2011

BadmiNton!!!!




Badminton merupakan sejenis sukan raket yang dimainkan oleh sama ada dua orang pemain bertentangan (perseorangan) ataupun dua pasangan bertentangan (beregu), yang mana posisi pemain ialah bertentangan di dalam sebuah gelanggang empat segi yang dibahagikan oleh jaring. Pemain dapat memungut mata melalui pukulan bulu tangkis menggunakan raket mereka jadi ia dapat melepasi atas jaring dan jatuh di kawasan pihak lawan. Pukulan rali berhenti selepas bulu tangkis jatuh di atas lantai, dan bulu tangkis hanya boleh dipukul sekali bagi setiap sisi sebelum ia melepasi atas jaring.


Badminton telah diperkenalkan pada zaman silam; sukan ini mula dimainkan di Yunani silam dan Mesir. Di Jepun, sukan berkaitan iaitu Hanetsuki telah dimainkan seawal abad ke-16. Di kawasan barat, badminton muncul daripada sebuah sukan yang dipanggil battledore and shuttlecock, yang mana dua atau lebih pemain memukul bulu tangkis di udara menggunakan raket kecil. Sukan ini dikenali sebagai "Poona" di India semasa abad ke-18, dan pegawai tentera British mengaplikasikan versi India semasa kembali ke England pada 1860an, yang mana ia dimainkan di rumah kediaman kebangsaan seperti kediaman kelas atasan. Isaac Spratt, penjual anak patung London, menerbitkan sebuah risalah iaitu, "Badminton Battledore - a new game" pada 1860, tetapi malangnya tiada cetakan dilakukan.

Sukan baru ini diperkenalkan pada 1873 di Badminton House, Gloucestershire, yang dimiliki oleh Duke of Beaufort. Pada waktu itu, sukan itu merujuk kepada "The Game of Badminton," dan, nama rasmi sukan ini kemudian menjadi Badminton.

Sehingga 1887 sukan ini dimainkan di England di bawah peraturan yang terdapat di India. Bath Badminton Club mempiawaikan peraturan dan mengaplikasikan sukan ini dalam versi Inggeris. Undang-undang asas itu telah dicipta pada 1887. Pada 1893, Badminton Association of England diterbitkan sebagai set peraturan pertama mengikut ketetapan, seakan-akan menyamai peraturan ketika ini, dan secara rasmi dilancarkan sebuah peraturan iaitu "Dunbar" di 6 Waverley Grove, Portsmouth, England pada 13 September tahun yang sama. Mereka juga mula menganjurkan Kejohanan Badminton Terbuka Seluruh England, kejohanan badminton pertama di dunia, pada 1899.

Pertubuhan Badminton Antarabangsa (IBF) (kini dikenali sebagai Persekutuan Badminton Dunia) yang telah ditubuhkan pada 1934 yang dianggotai Kanada, Denmark, England, Perancis, Belanda, Ireland, New Zealand, Scotland, dan Wales sebagai anggota pengasas. India menyertai pertubuhan ini pada 1936. Pertubuhan BWF kini merupakan sebuah badan badminton antarabangsa dan menguruskan sukan ini secara global.

Meskipun asal-usul sukan terletak di England, badminton di peringkat antarabangsa mempunyai rekod tradisi yang didominasi oleh beberapa negara Asia, termasuk Denmark dari Eropah. China, Indonesia, Korea Selatan, dan Malaysia merupakan antara negara yang mempunyai pemain bertaraf-dunia secara konsisten sejak beberapa dekad yang lalu dan mendominasi pertandingan peringkat antarabangsa, yang mana China sering menjadi pendominasi sejak kebelakangan ini.